Blog yang kacau

Senin, 12 November 2007

Kebebasan berpikir

maaf sebelumnya kepada tenaga pengajar, murid, siswa atau siswi yang merasa berprestasi, atau bahkan penyusun kurikulum dan semua pihak yang merasa tak bahagia dengan tulisan ini.
tak ada nit jahat dalam penulisan kata-kata tak jelas ini jadi janganlah tersinggung apa lagi mendendam.
dan duka cita, simpati yang sangat mendalam atas kebebasan berpikir yang selama ini kita teriakkan namun tak urun hidup dalam dunia pendidikan negeri ini.

KEBEBASAN BERPIKIR

ini hal yang sebenarnya selalu ku pikirkan sejak masih Sekolah Dasar,selalu timbul pertanyaan "siapa yang menulis buku-buku ini?" setelah lebih dewasa aku sadari jawabannya "orang berpendidikan"lalu muncul lagi pertanyaan"bila mereka orang berpendidikan maka harusnya mereka pernah melalui jenjang pendidikan, lalu saat itu buku apa yang mereka baca? siapa yang menulisnya?"jawabannya tentunya tak jauh berbeda, orang berpendidikan dengan title (Spd. RPG. Mpd. Spr. MA... dan banyak title lain) yang menulis buku hampir serupa dengan penyesuaian kurikulumdan muncul pertanyaan yang sama lagi, dan jawabannya memunculkan pertanyaan serupa.
hingga pada akhirnya muncul jawaban mungkin seperti ini"mereka orang-orang yang punya pendapat lain dan menuliskannya dalam buku""mereka orang-orang yang belajar bukan hanya dari buku yang mereka baca""banyak buku yang mungkin akan mereka ringkas dalam satu buku lain yang mereka tulis"dan berbagai jwaban serupa
dan jawaban semacam itulah yang memperlihatkan perkembangan pengetahuan, bila memang begitu faktanya.
dan bukankah seorang penulis juga manusia, bukan Maha Tahu, apa yang mereka tulis adalah apa yang mereka pahami, apa yang mereka pahami adalah apa yang mereka dapat simpulkan, apa yang mereka dapat simpulkan hanya sebagian atau mungkin hanya kebalikan dari pengetahuan yang jumlahnya tak terhingga.dalam penyimpulan itu bisa terjadi kesalahan, dan harus diakui bahwa hasil penyimpulan semua manusia selalu berbeda.bila memang penyimpulan manusia berbeda, lalu kenapa siswa tak dibiarkan menyimpulkan sendiri?
dimana kebebasan berpikir?dimana kebebasan berpendapat?selama ini kita hanya berdebat tentang apa yang memang sudah dititik beratkan oleh penyususn kurikulum, kapan kita dapatkan hal baru kalau kita ikuti terus garis ini?

MANA KEBEBASAN BERPIKIR

para filsuf Yunani terutama Socrates, pasti akan kecewa melihat cinta dan kebenaran dalam kebebasan berpikir yang digemakannya hanya terikat dalam kurikulum kecilpara Ulama dan penemu abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al-Kindi, Galileo dan kawan-kawan juga akan kecewa melihat penemuan baru menjadi sesuatu yang begitu sulitnya.; memang benar selama ini banyak penemuan baru; bahkan di Indonesia tercatat ada sekitar 130 penemuan dalam setahun (ini hanya yang tercatat dan diakui);. namun dapat dikatakan bahwa penemuan itu adalah penyempurnaan dari karya sebelumnya, bukan hal baru.

MATI DALAM PENDIDIKAN?

ya, benar, sangat mati...aku ingat kata, bukan seorang bahkan banyak guru yang berkata "mana bisa kamu belajar tanpa buku"pernyataan sangat bodoh, idiot, tidak ilmiah, oon (sory.. saat menulis ini aku sedang emosi)coba kita lihat logikanya- untuk dapat membaca buku kita harus bisa membaca- untuk bisa membaca kita harus belajar"bagaimana bisa kamu belajar membaca kalau tidak bisa membaca?" - nampak benar kebodohan tersirat dalam kata-katanyaapakah membaca itu seperti bernafas?apa kau membaca buku 'cara membaca ABCDEF..." sebelum bisa membaca, apa kau belajar berjalan melalui buku? oon
harus diperjelas bahwa buku adalah pengantar, bahwa dalam buku tak tersirat kebenaran melainkan pendapat penulis yang dia dapat melalui pembelajaran pula.
dalam diskusi dikelas juga aku melihat, mendengar dan merasa,saat ditanyai tentang jawaban mereka, mereka menjawab "dapat dari buku ##*^%$ halaman ###"
dan orang oon berakalpun tahu bahwa siswa-siswa itu menjadi murid teoritis dan tak punya pendapat baru.

NEGERI INI BUTUH INOVASI BARU SAYANG!!!

dan inovasi besar tak akan ditemui dalam pikiran tak bebas dan terikat buku terbitan Erlanjut, Kudistira, Tiga Serangkeng, dan buku terbitan ternama lain yang mahal harganya.

sekian tulisan singkat saya,semoga yang membaca sadar,
Maju terus pendidikan Indonesia,maju terus kaum intelektual muda,hidup kebebasan berpikir!!!
salam damai
Cakra L.

Tidak ada komentar: