Blog yang kacau

Selasa, 20 November 2007

Standing Here



tak ada tempat lain apa?

kenapa tetap berdiri disitu?

Senin, 12 November 2007

Kurikulum tak siap pakai

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan, apa maksudnya semua itu? dari judul saja sudah nga jelas..minta maaf sebelum pembaca tersinggung lebih jauh, tulisan ini tidak ditujukan untuk menghina, namun untuk mengkritik.
ktsp dan pendahulu/seniornya KBK adalah kurikulum yang ditujukan untuk membuat siswa kompeten,bukan hanya berpengetahuan, tapi juga berwawasan, aktif, dan berkeahlian.namun dalam kenyataan ada banyak kelemahan;

1. SISWA YANG TIDAK AKTIF DAN TIDAK PUNYA KESADARAN UNTUK AKTIF

jangan salahkan mereka, mereka hanya anak muda yang belum sadar, mereka tak bodoh namu tidak kompeten menurut kurikulum ini.

2. DAMPAK NEGATIF STANDAR KOMPETENSI

standar kompetensi menjadikan suatu mata pelajaran harus tertargetkan mendapat nilai sekian atau lebih, dan hal ini ditujukan agar siswa belajar sungguh-sungguh agar lulus.namun standar kompetensi membuat siswa ber sq rendah menjadi patah semangat. dan banyak (bahkan hampir semua siswa SMADA) berusaha untuk lulus dengan cara tak wajar (nyontek boo). buktinya lihat saja laci-laci saat ujian berlangsung.
siswa menjadi terpaku pada standar nilai tersebut, mereka belajar untuk menembus standar bukan mendapatkan nilai terbaik sesuai kemampuan mereka.

3. KEBEBASAN BERPIKIR TAK TERLAKSANA

memang kurikulum ini menekankan agar siswa berkompetisi, bahkan hampir semua pelajaran mempunyai sesi diskusi,. ; namun apa yang didapat dalam diskusi? mereka hanya berkeliling ruang lingkup kecil yang tak berkembang.kebebasan berpikir siswa dikekang dengan asas kebebasan itu sendiri. (penting!!! coba pahami)

4. ORTODOKS

walau pembelajaran modern, namun pembelajaran di sekolah bagiku tetap bagai perjanjian baru gereja katolik Romawi (ortodoks, kolot, nga up-to-date), lihatlah gereja Yunani berkembang dengan Filsafat,seni dan pendidikannya, sedang di timur wahyu yang lebih up-to-date diturunkan Tuhan.

5. BUKU MAKIN MAHAL,TEBAL DAN NGA JELAS

buku KBK sumpah nga jelas isinya, buku biologiku kelas 1 yang tebalnya sekitar 180 lembar cuma bikin pusing, aku nga bisa ambil hikmah apapun.KTSP apa lagi, pusing aku dibuat buku ini, bahasanya sok ilmiah, bertele-tele (bertel), dan nampaknya memang tak ditujukan untuk memberi tahu siswa yang tidak tahu.
saran; bagaimana bila penerbit buku atau tulisan kurikulumnya ditulis dengan gravity, pasti keren. penerbit bukunya juga yang keren jangan cuma Erlanjut, Kudistira, Tiga Serangkeng, coba yang keren semisal Microsoft cop. , Creative, Warner Bros, Marvel, Billabong, Quick Silver, dll.

Maju terus pendidikan Indonesia,maju terus kaum intelektual muda,hidup kebebasan berpikir!!!
salam damaiCakra L.

Kurikulum Nga asyik

KBK, KTSP, KTP, STNK, SIM, atau TTM apa bedanya? sebagai siswa berIQ sedang aku tak merasa perbedaan yang menonjol.perbedaan yang kutemi hanyalah tulisan di ujung dan halaman i buku pelajaran yang harganya makin mahal.

KURIKULUM BEBASIS KERIBUTAN

kenapa ribut?karena mereka berkompetisi, bukan begitu?
dalam kurikulum ini siswa diharapkan berkompetisi mencari nilai, dan guru hanya menjadi tenaga yang membelajarkan, (tapi dalam kamus BBi arti guru belum berubah)siswa yang berkompetisi akan berkembang, bukan hanya pengetahuaannya namun juga skil, keaktifan, kecerdasan sosial dan wawasan lainnya.namun dalam penerapannya, banteng yang ada di stadium tak mengejar kain merah, siswa- siswa tak semua punya minat untuk mengejar coretan tinta dalam absensi dan rapor itu.
kurikulum ini berakhir seperti hipotesa Karl Marx, siswa-siswi tak mampu mewujudkan pembelajaran sendiri, seorang siswa bloon bernama Cakra berkata "kenapa mesti kesekolah kalau cuma belajar sendiri? to tiap detik dalam hidupku adalah sebuah pelajaran"kurikulum ini hanya menghabiskan banyak tenaga dan pikiran, bukan begitu? Bukan!!!

KURIKULUM TIDAK SIAP PAKAI

belum lama dan belum suksesnya KBK , sudah muncul lagi kurikulum yang merubah julukan kepala sekolah (Doraemon) menjadi kepala satuan pendidikan.bila KBK adalah paham sosialis Karl Marx, maka nampaknya Lenin menyempurnakannya dalam KTSP ini.
sebagai murid bodoh dan tak berprestasi aku tak mersakan hal-hal menarik dengan kurikulum apapun.
Maju terus pendidikan Indonesia,maju terus kaum intelektual muda,hidup kebebasan berpikir!!!
salam damaiCakra L.

Kebebasan berpikir

maaf sebelumnya kepada tenaga pengajar, murid, siswa atau siswi yang merasa berprestasi, atau bahkan penyusun kurikulum dan semua pihak yang merasa tak bahagia dengan tulisan ini.
tak ada nit jahat dalam penulisan kata-kata tak jelas ini jadi janganlah tersinggung apa lagi mendendam.
dan duka cita, simpati yang sangat mendalam atas kebebasan berpikir yang selama ini kita teriakkan namun tak urun hidup dalam dunia pendidikan negeri ini.

KEBEBASAN BERPIKIR

ini hal yang sebenarnya selalu ku pikirkan sejak masih Sekolah Dasar,selalu timbul pertanyaan "siapa yang menulis buku-buku ini?" setelah lebih dewasa aku sadari jawabannya "orang berpendidikan"lalu muncul lagi pertanyaan"bila mereka orang berpendidikan maka harusnya mereka pernah melalui jenjang pendidikan, lalu saat itu buku apa yang mereka baca? siapa yang menulisnya?"jawabannya tentunya tak jauh berbeda, orang berpendidikan dengan title (Spd. RPG. Mpd. Spr. MA... dan banyak title lain) yang menulis buku hampir serupa dengan penyesuaian kurikulumdan muncul pertanyaan yang sama lagi, dan jawabannya memunculkan pertanyaan serupa.
hingga pada akhirnya muncul jawaban mungkin seperti ini"mereka orang-orang yang punya pendapat lain dan menuliskannya dalam buku""mereka orang-orang yang belajar bukan hanya dari buku yang mereka baca""banyak buku yang mungkin akan mereka ringkas dalam satu buku lain yang mereka tulis"dan berbagai jwaban serupa
dan jawaban semacam itulah yang memperlihatkan perkembangan pengetahuan, bila memang begitu faktanya.
dan bukankah seorang penulis juga manusia, bukan Maha Tahu, apa yang mereka tulis adalah apa yang mereka pahami, apa yang mereka pahami adalah apa yang mereka dapat simpulkan, apa yang mereka dapat simpulkan hanya sebagian atau mungkin hanya kebalikan dari pengetahuan yang jumlahnya tak terhingga.dalam penyimpulan itu bisa terjadi kesalahan, dan harus diakui bahwa hasil penyimpulan semua manusia selalu berbeda.bila memang penyimpulan manusia berbeda, lalu kenapa siswa tak dibiarkan menyimpulkan sendiri?
dimana kebebasan berpikir?dimana kebebasan berpendapat?selama ini kita hanya berdebat tentang apa yang memang sudah dititik beratkan oleh penyususn kurikulum, kapan kita dapatkan hal baru kalau kita ikuti terus garis ini?

MANA KEBEBASAN BERPIKIR

para filsuf Yunani terutama Socrates, pasti akan kecewa melihat cinta dan kebenaran dalam kebebasan berpikir yang digemakannya hanya terikat dalam kurikulum kecilpara Ulama dan penemu abad pertengahan seperti Ibnu Sina, Al-Kindi, Galileo dan kawan-kawan juga akan kecewa melihat penemuan baru menjadi sesuatu yang begitu sulitnya.; memang benar selama ini banyak penemuan baru; bahkan di Indonesia tercatat ada sekitar 130 penemuan dalam setahun (ini hanya yang tercatat dan diakui);. namun dapat dikatakan bahwa penemuan itu adalah penyempurnaan dari karya sebelumnya, bukan hal baru.

MATI DALAM PENDIDIKAN?

ya, benar, sangat mati...aku ingat kata, bukan seorang bahkan banyak guru yang berkata "mana bisa kamu belajar tanpa buku"pernyataan sangat bodoh, idiot, tidak ilmiah, oon (sory.. saat menulis ini aku sedang emosi)coba kita lihat logikanya- untuk dapat membaca buku kita harus bisa membaca- untuk bisa membaca kita harus belajar"bagaimana bisa kamu belajar membaca kalau tidak bisa membaca?" - nampak benar kebodohan tersirat dalam kata-katanyaapakah membaca itu seperti bernafas?apa kau membaca buku 'cara membaca ABCDEF..." sebelum bisa membaca, apa kau belajar berjalan melalui buku? oon
harus diperjelas bahwa buku adalah pengantar, bahwa dalam buku tak tersirat kebenaran melainkan pendapat penulis yang dia dapat melalui pembelajaran pula.
dalam diskusi dikelas juga aku melihat, mendengar dan merasa,saat ditanyai tentang jawaban mereka, mereka menjawab "dapat dari buku ##*^%$ halaman ###"
dan orang oon berakalpun tahu bahwa siswa-siswa itu menjadi murid teoritis dan tak punya pendapat baru.

NEGERI INI BUTUH INOVASI BARU SAYANG!!!

dan inovasi besar tak akan ditemui dalam pikiran tak bebas dan terikat buku terbitan Erlanjut, Kudistira, Tiga Serangkeng, dan buku terbitan ternama lain yang mahal harganya.

sekian tulisan singkat saya,semoga yang membaca sadar,
Maju terus pendidikan Indonesia,maju terus kaum intelektual muda,hidup kebebasan berpikir!!!
salam damai
Cakra L.